IX. KLASIFIKASI IKLIM
Dunia ini kaya dengan berbagai tipe iklim.
Dari hutan-hutan tropika yang lebat sampai ke kutub yang beku merupakan
keragaman daerah iklim yang tak terhingga.
Faktor-faktor yang memproduksi iklim di tempat manapun, yang disebut sebagai
faktor pengendali iklim, adalah faktor yang menghasilkan perubahan cuaca dari
hari ke hari. Faktor-faktor itu adalah:
1. Intensitas cahaya matahari dan
variasinya terhadap letak lintang.
2. Penyebaran (distribusi) tanah dan
air
3. Arus laut
4. Angin yang mendominasi
5. Posisi daerah tekanan tinggi dan
rendah
6. Posisi gunung (penghalang)
7. Ketinggian tempat.
Tempat dengan
faktor pengendali iklim yang sama cenderung memiliki iklim yang hampir sama. Melihat
fakta tersebut para ahli iklim merasa perlu memberikan nama pada kelompok atau
kelas iklim yang sama, dengan demikian lahirlah prinsip-prinsip klasifikasi
iklim. Klasifikasi iklim yang paling tua
dilakukan oleh bangsa Yunani kuno hanya berdasarkan satu unsur iklim yaitu:
suhu udara. Atas dasar suhu udara mereka membagi dunia menjadi tiga daerah yang
secara astronomis dibatasi oleh garis lintang yaitu:
a. Daerah
panas/tropis antara lintang 0o sampai 23.5o.
b. Daerah
sedang/sub-tropis antara lintang 23.5º sampai 66.5o
c. Daerah
dingin/kutub antara lintang 66.5o sampai 90o
Pada daerah
tropis dan sub-tropis ditemukan terdapat tempat yang sifatnya sangat basah
sampai kering, sehingga perkembangan konsep klasifikasi iklim selanjutnya
dibuat lebih rinci dengan memperhitungkan unsur curah hujan bersama sama unsur
suhu udara.
IX.1.
Sistem Klasifikasi Koppen
Sistem
klasifikasi ini paling dikenal dan digunakan secara internasional. Klasifikasi
ini menggunakan huruf untuk penamaannya dengan susunan sebagai berikut:
-
huruf
pertama dengan huruf besar menyatakan tipe utama
-
huruf
kedua menyatakan pola curah hujan
-
huruf
ketiga menyatakan pola suhu udara
-
huruf
keempat menyatakan sifat-sifat khusus
Tipe utama (huruf
pertama) dalam Klasifikasi Koppen
A. Iklim Tropis Lembab.
Semua bulan
memiliki suhu rata-rata diatas 18oC. Karena
semua bulan adalah bulan hangat, tidak ada musim dingin yang nyata.
B. Iklim Kering.
Kekurangan
presipitasi terjadi hampir di sepanjang tahun.
Evaporasi potensial
dan transpirasi melebihi presipitasi
C. Iklim Lintang Tengah Lembab dengan musim
dingin yang ringan.
Memiliki musim
panas yang sedang sampai berat dengan musim dingin yang ringan. Rata-rata suhu dari musim terdingin dibawah
18oC
tetapi masih diatas -3oC.
D. Iklim Lintang Tengah Lembab dengan musim
dingin yang hebat.
Memiliki suhu
musim panas yang hangat dan musim dingin yang rendah. Rata-rata suhu dari bulan terhangat melebihi
10oC dan
untuk bulan terdingin turun dibawah -3oC.
E. Iklim Kutub.
Baik musim panas
maupun musim dingin memiliki suhu yang sangat rendah. Suhu rata-rata dari bulan terpanas
dibawah 10oC. Karena semua bulan dingin, tidak ada musim
panas yang nyata.
Huruf kedua yang menunjukkan pola curah hujan
f. Selalu basah, hujan setiap bulan > 60 mm
s. Bulan-bulan kering jatuh pada musim panas
w. Bulan-bulan
kering jatuh pada musim dingin
m. Khusus untuk tipe A lambang ini berarti
monsoon dengan musim kemarau pendek, curah hujan tahunan cukup tinggi
Cara membedakan
tipe iklim Af, Am dan Aw perhatikan grafik dibawah ini.
IX.2. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Sistem ini cukup
dikenal di Indonesia dan digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan.
Sistem ini membutuhkan data hujan bulanan minimal 10 tahun. Klasifikasi
Schmidt-Ferguson didasarkan pada jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan
kering pada setiap tahun pengamatan dengan kriteria sebagai berikut:
-
Bulan
basah (BB) = bulan dengan curah hujan > 100 mm
-
Bulan
lembab (BL) = bulan dengan hujan antara 60 – 100 mm
-
Bulan
kering (BK) = bulan dengan hujan < 60 mm
Jumlah bulan-bulan
dengan kriteria tersebut dijumlahkan selama tahun pengamatan kemudian dicari
nilai rata-ratanya untuk mendapatkan nilai Q
Q = rata-rata bulan kering (BK)/rata-rata bulan
basah (BB) x 100% (9.1)
Kemudian tipe
iklim ditentukan berdasarkan segitiga dibawah ini
Dengan demikian
terdapat tipe iklim dari A sampai H dengan ciri sebagai berikut:
A. Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan
hujan tropis
B. Daerah basah dengan vegetasi hutan hujan
tropis
C. Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba
dan terdapat vegetasi yang menggugurkan daunnya pada musim kering seperti pohon
jati
D. Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim
E. Daerah agak kering dengan vegetasi hutan
sabana (padang rumput)
F. Daerah agak kering dengan vegetasi hutan
sabana
G. Daerah sangat kering dengan vegetasi padang
ilalang
F. Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang
ilalang
IX.3.
Sistem Klasifikasi Oldeman
Oldeman membuat
sistem klasifikasi yang dihubungkan dengan pertanian khususnya tanaman pangan. Dengan mempertimbangkan kebutuhan air untuk
tanaman pangan Oldeman menetapkan bulan basah (BB) adalah hujan bulanan jangka
panjang ≥ 200 mm dan bulan kering (BK) adalah hujan bulanan jangka panjang <
100 mm.
Setelah rata-rata
hujan bulanan didapatkan dari rangkaian data sepanjang minimal 10 tahun
ditentukan apakah nilai rata-rata itu termasuk BB atau BK untuk semua bulan
dalam 1 tahun. Dari rangkaian itu dihitung berapa panjang rangkaian (bulan)
yang termasuk BB (tanpa terputus BK) dan berapa panjang rangkaian (bulan) yang
termasuk BK (tanpa terputus BB).
Tipe utama
klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada bulan basah
berturut-turut yaitu:
Tipe A : > 9
bulan basah berturut-turut
Tipe B: 7 – 9
bulan basah berturut-turut
Tipe C: 5 – 6
bulan basah berturut-turut
Tipe D: 3 – 4
bulan basah berturut-turut
Tipe E: < 3
bulan basah berturut-turut
Sedangkan
subdivisinya dibagi menjadi 4 yang
didasarkan pada bulan basah berturut-turut yaitu:
Sub 1 : < 2
bulan kering berturut-turut
Sub 2 : 2 – 4
bulan kering berturut-turut
Sub 3: 5 – 6 bulan kering berturut-turut
Sub 4: >6 bulan
kering berturut-turut
Dalam hubungannya
dengan pertanian maka Oldeman mengemukakan penjabaran untuk tiap-tiap tipe
agroklimat sebagai berikut:
A : Sesuai untuk padi terus menerus tetapi
produksi kurang karena pada umumnya intensitas radiasi surya rendah sepanjang
tahun
B1 : Sesuai untuk padi terus menerus, perlu
direncanakan mulai tanamnya. Produksi
tanaman akan tinggi bila panen jatuh pada musim kering
B 2 : Dapat
ditanam dua kali padi setahun dengan varietas unggul umur pendek, musim kering
yang pendek cukup untuk tanaman palawija
C 1 : Tanaman satu kali padi dan palawija dapat dua
kali setahun
C 2 : Hanya dapat satu kali padi, palawija yang
kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan
kering
D 1 : Dapat
ditanam padi dengan varietas umur pendek (genjah); produksi tinggi karena intensitas
radiasi surya tinggi, waktu untuk menanam palawija cukup.
D 2 : Hanya
mungkin satu kali padi atau satu kali palawija, tergantung pada ketersediaan
air irigasi
E :
Daerah ini pada umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali
palawija dan tergantung pada turunnya hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar