Selasa, 17 Mei 2016

KLASIFIKASI IKLIM

IX. KLASIFIKASI IKLIM

Dunia ini kaya dengan berbagai tipe iklim.  Dari hutan-hutan tropika yang lebat sampai ke kutub yang beku meru­pakan keragaman daerah iklim yang tak terhingga.  Faktor-faktor yang memproduksi iklim di tempat manapun, yang disebut sebagai faktor pengendali iklim, adalah faktor yang menghasilkan perubahan cuaca dari hari ke hari.   Faktor-faktor itu adalah:
1.  Intensitas cahaya matahari dan variasinya terhadap letak lintang.
2.  Penyebaran (distribusi) tanah dan air
3.  Arus laut
4.  Angin yang mendominasi
5.  Posisi daerah tekanan tinggi dan rendah
6.  Posisi gunung (penghalang)
7.  Ketinggian tempat.

Tempat dengan faktor pengendali iklim yang sama cenderung memiliki iklim yang hampir sama. Melihat fakta tersebut para ahli iklim merasa perlu memberikan nama pada kelompok atau kelas iklim yang sama, dengan demikian lahirlah prinsip-prinsip klasifikasi iklim.  Klasifikasi iklim yang paling tua dilakukan oleh bangsa Yunani kuno hanya berdasarkan satu unsur iklim yaitu: suhu udara. Atas dasar suhu udara mereka membagi dunia menjadi tiga daerah yang secara astronomis dibatasi oleh garis lintang yaitu:
            a.  Daerah panas/tropis antara lintang 0o sampai 23.5o.
            b.  Daerah sedang/sub-tropis antara lintang 23.5º sampai 66.5o
            c.  Daerah dingin/kutub antara lintang 66.5o sampai 90o

Pada daerah tropis dan sub-tropis ditemukan terdapat tempat yang sifatnya sangat basah sampai kering, sehingga perkembangan konsep klasifikasi iklim selanjutnya dibuat lebih rinci dengan memperhitungkan unsur curah hujan bersama sama unsur suhu udara.

IX.1.  Sistem Klasifikasi Koppen

Sistem klasifikasi ini paling dikenal dan digunakan secara internasional. Klasifikasi ini menggunakan huruf untuk penamaannya dengan susunan sebagai berikut:
-          huruf pertama dengan huruf besar menyatakan tipe utama
-          huruf kedua menyatakan pola curah hujan
-          huruf ketiga menyatakan pola suhu udara
-          huruf keempat menyatakan sifat-sifat khusus

Tipe utama (huruf pertama) dalam Klasifikasi Koppen

A.  Iklim Tropis Lembab.

Semua bulan memiliki suhu rata-rata diatas 18oC.  Karena semua bulan adalah bulan hangat, tidak ada musim dingin yang nyata.

B.  Iklim Kering.

Kekurangan presipitasi terjadi hampir di sepanjang tahun.  Evaporasi potensial dan transpirasi melebihi presipitasi

C.  Iklim Lintang Tengah Lembab dengan musim dingin yang ringan.

Memiliki musim panas yang sedang sampai berat dengan musim dingin yang ringan.  Rata-rata suhu dari musim terdingin dibawah 18oC tetapi masih diatas -3oC.


D.  Iklim Lintang Tengah Lembab dengan musim dingin yang hebat.

Memiliki suhu musim panas yang hangat dan musim dingin yang rendah.  Rata-rata suhu dari bulan terhangat mele­bihi 10oC dan untuk bulan terdingin turun dibawah -3oC.

E.  Iklim Kutub.

Baik musim panas maupun musim dingin memiliki suhu yang sangat rendah.   Suhu rata-rata dari bulan terpanas dibawah 10oC.  Karena semua bulan dingin, tidak ada musim panas yang nyata.

Huruf kedua yang menunjukkan pola curah hujan

f.  Selalu basah, hujan setiap bulan > 60 mm
s.  Bulan-bulan kering jatuh pada musim panas
w. Bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin
m.  Khusus untuk tipe A lambang ini berarti monsoon dengan musim kemarau pendek, curah hujan tahunan cukup tinggi

Cara membedakan tipe iklim Af, Am dan Aw perhatikan grafik dibawah ini.


IX.2. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson

Sistem ini cukup dikenal di Indonesia dan digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Sistem ini membutuhkan data hujan bulanan minimal 10 tahun. Klasifikasi Schmidt-Ferguson didasarkan pada jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan kering pada setiap tahun pengamatan dengan kriteria sebagai berikut:

-          Bulan basah (BB) = bulan dengan curah hujan > 100 mm
-          Bulan lembab (BL) = bulan dengan hujan antara 60 – 100 mm
-          Bulan kering (BK) = bulan dengan hujan < 60 mm

Jumlah bulan-bulan dengan kriteria tersebut dijumlahkan selama tahun pengamatan kemudian dicari nilai rata-ratanya untuk mendapatkan nilai Q

Q = rata-rata bulan kering (BK)/rata-rata bulan basah (BB) x 100%    (9.1)

Kemudian tipe iklim ditentukan berdasarkan segitiga dibawah ini

Dengan demikian terdapat tipe iklim dari A sampai H dengan ciri sebagai berikut:

A.  Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropis
B.  Daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis
C.  Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba dan terdapat vegetasi yang menggugurkan daunnya pada musim kering seperti pohon jati
D.  Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim
E.  Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana (padang rumput)
F.  Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana
G.  Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang
F.  Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang

IX.3.  Sistem Klasifikasi Oldeman

Oldeman membuat sistem klasifikasi yang dihubungkan dengan pertanian khususnya tanaman pangan.  Dengan mempertimbangkan kebutuhan air untuk tanaman pangan Oldeman menetapkan bulan basah (BB) adalah hujan bulanan jangka panjang ≥ 200 mm dan bulan kering (BK) adalah hujan bulanan jangka panjang < 100 mm.

Setelah rata-rata hujan bulanan didapatkan dari rangkaian data sepanjang minimal 10 tahun ditentukan apakah nilai rata-rata itu termasuk BB atau BK untuk semua bulan dalam 1 tahun. Dari rangkaian itu dihitung berapa panjang rangkaian (bulan) yang termasuk BB (tanpa terputus BK) dan berapa panjang rangkaian (bulan) yang termasuk BK (tanpa terputus BB).

Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada bulan basah berturut-turut yaitu:

Tipe A : > 9 bulan basah berturut-turut
Tipe B: 7 – 9 bulan basah berturut-turut
Tipe C: 5 – 6 bulan basah berturut-turut
Tipe D: 3 – 4 bulan basah berturut-turut
Tipe E: < 3 bulan basah berturut-turut

Sedangkan subdivisinya dibagi menjadi 4  yang didasarkan pada bulan basah berturut-turut yaitu:

Sub 1 : < 2 bulan kering berturut-turut
Sub 2 : 2 – 4 bulan kering berturut-turut
Sub 3:  5 – 6 bulan kering berturut-turut
Sub 4: >6 bulan kering berturut-turut
Dalam hubungannya dengan pertanian maka Oldeman mengemukakan penjabaran untuk tiap-tiap tipe agroklimat sebagai berikut:

A   : Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada umumnya intensitas radiasi surya rendah sepanjang tahun

B1 :  Sesuai untuk padi terus menerus, perlu direncanakan mulai tanamnya.  Produksi tanaman akan tinggi bila panen jatuh pada musim kering

B 2 : Dapat ditanam dua kali padi setahun dengan varietas unggul umur pendek, musim kering yang pendek cukup untuk tanaman palawija

C 1 :  Tanaman satu kali padi dan palawija dapat dua kali setahun

C 2 :  Hanya dapat satu kali padi, palawija yang kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan  kering

D 1 : Dapat ditanam padi dengan varietas umur pendek (genjah); produksi tinggi karena intensitas radiasi surya tinggi, waktu untuk menanam palawija cukup.

D 2 : Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija, tergantung pada ketersediaan air irigasi


E    :  Daerah ini pada umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija dan tergantung pada turunnya hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar